Ir.M.Napitupulu DIPL HE |
JAKARTA - Sungguh Tragis, Indonesia sebagai negara agraris yang berpenduduk besar, setiap tahun mengimpor bahan pangan gandum, beras, jagung, kedelai dan lain lain dengan mengeluarkan devisa $9 miliar.Ini berarti raibnya peluang penghasilan petani kita.
Mengapa demikian, bukankah waktu orde baru 1984 kita pernah mencapai swasembada beras? Dalam periode KIB II, diprogram surplus beras 2013, namun meleset. Kabinet kerja Jokowi -JK dengan Nawa Cita masih impor beras. Bagaimana program Kabinet Indonesia Maju 2019.
Dengan kondisi seperti saat sekarang tentunya sangat begitu berdampak akan perekonomian masyarakat, yang mana perhatian ini juga muncul dari Ir.M Napitupulu Dipl HE pensiunan Ditjen Pengairan Kementrian PUPR yang telah berprestasi dan berpengalaman di ITB Teknik Sipil 1986, IHE Land and Water Development Belanda 1978, USDA Irrigation Summer course CSU Fort Collins USA 1981 dan masih banyak lagi prestasi yang disandangnya
Negara dengan fundamental ekonomi yang kokoh hanyalah yang memprioritaskan sektor pertanian, sumber daya alam terbarukan / air dan pedesaan dalam pembangunannya, karena mereka memahami betul "Prinsip Pokok Pengembangan" adalah suatu upaya agar kebutuhan produksi pertanian untuk seluruh penduduk mampu dihasilkan oleh sedikit mungkin dari Penduduknya. ucap Ir.M Napitupulu
"Sehingga dengan keadaan itu akan memberikan kepada penduduk lainnya kesempatan berspesialisasi untuk produksi komoditi lain yaitu sektor jasa, pendidikan, Iptek, industri, bioteknologi, energi, pariwisata dan lain lain. Indonesia seyogyanya kembali ke "basic policy dimana sumber daya alam terbarukan yaitu Sektor Pertanian dan Boidiversity merupakan mesin utama pertumbuhan."
Ir M.Napitupulu pernah mengikuti on the job training bidang Sumber Daya Air dan proyek Pengendalian Banjir di berbagai negara diantaranya sebagai berikut; di Jepang 1992, Leadership Training di Ban Center Canada 2001; Study Tour dan Int. Seminar terkait Water Resources, Irrigation River Basin Management, Inggris, Swedia, Pakistan, India, Filippina, Australia, Malaysia; Pernah mengajar di F. Teknik USU, F. Teknik UKI Jakarta, F. Teknik Unwiku Purwokerto, F. Teknik Univ. Sam Ratulangi Manado ini juga mengatakan kalau sebanyak 50 % hasil tani dapat dijual kepada penduduk yang bukan petani, dan ini dilakukan hanya sebahagian kecil jumlah petani (10%) dengan pemilikan 0,3 ha, sedangkan petani gurem yang banyaknya (40%) dengan pemilikan 0-0,3 ha demi kebutuhan sendiri akan menjual panen padi nya hampir tidak ada.
Bahkan Ia beropini kalau Petani subsisten sudah tidak sesuai lagi dalam konstelasi ekonomi modern. Diusulkan adanya pengelompokan puluhan petani gurem untuk mencapai luas garapan lebih dari 10 ha sehingga memudahkan pembagian air, penggarapan tanah, pengendalian hama, penyaluran subsidi Saprodi, menaikkan produksi dan membisniskan produk gabah ke Bulog.
Dan tak hanya itu Saja, menurutnya kedepannya, guna optimalisasi upaya peningkatan produksi beras, hendaknya diusulkan agar strategi lima pilar modernisasi irig, dapat dikembangkan bersama oleh Kemen Pertanian dan Kemen PUPR menjadi strategi lima pilar Pertanian Beririgasi Modern (PBM) meliputi P1 , Ketersediaan Air, P2, Infrastruktur Irigasi, P3, Sawah dengan Petak Besar cocok untuk mekanisasi Budidaya padi, P4,Pengelolaan Irigasi didukung Kelembagaan dan SDM, P5, Usaha Tani Pertanian Komersial tutupnya sembari memberikan penjabaran Pra Persyaratan Penting Mewujudkan Ketahanan Air yang Handal untuk kebutuhan Pertanian.
Pajar Saragih