JAKARTA - Ketua MPR RI ke-16 sekaligus Wakil Ketua Umum Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI) Bambang Soesatyo mengingatkan keluarga besar FKPPI wajib mendukung kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang berasal dari KBA dan menempatkan kebhinekaan jangan hanya dilihat sebagai perbedaan yang harus diterima, tetapi juga sebagai kekuatan yang dapat mendorong kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Membangun rasa saling pengertian dan kerja sama antar berbagai elemen masyarakat akan menciptakan masyarakat yang harmonis dan produktif, sehingga Indonesia semakin maju.
"Bagaimanapun, kemajemukan telah menjadi realitas dan fitrah kemanusiaan yang tidak mungkin kita pungkiri. Tantangan kita adalah menjadikan kebhinekaan tersebut sebagai modal untuk menggerakan berbagai kekuatan yang ada, agar saling bersinergi, bekerja sama dan bergotongroyong untuk membangun bangsa," ujar Bamsoet saat menjadi pembicara Sapa Pengurus Cabang Keluarga Besar FKPPI, dari seluruh Indonesia secara daring di Jakarta, Rabu (28/8/24).
Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, para pendiri bangsa berhasil menjadikan perbedaan sebagai sebuah akar untuk persatuan, dan menjanjikan sebagai ruh bagi perjuangan dalam mewujudkan sebuah identitas perjuangan bangsa. Anugerah tersebut mengisyaratkan perlunya menghargai kemajemukan, sebagai kekayaan dan kekuatan bagi bangsa Indonesia.
“Karena itu, kerukunan dalam kebhinekaan haruslah menjadi kebutuhan bagi kita. Karena kebhinekaan adalah unsur pembentuk bangsa. Kebhinekaan bukan hanya fakta sosiologis yang hanya diterima sebagai sesuatu yang 'diberikan', tetapi harus terus menerus diperjuangkan,” kata Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menerangkan, seiring dinamika zaman dan pusaran peradaban global, bangsa Indonesia akan terus menghadapi tantangan dalam menjaga keutuhan bangsa, baik tantangan yang berasal dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam mewujud pada mulai lunturnya kepribadian dan jatidiri bangsa, berkembangnya paham-paham yang mendorong disintegrasi sosial dan disintegrasi bangsa, berkembangnya budaya individualistis dan di saat bersamaan mengendurnya semangat kegotongroyongan, serta berbagai fenomena sosial lainnya yang mencerminkan semakin tipisnya soliditas kebangsaan.
"Sementara tantangan dari luar terkait dengan kondisi geografis serta kekayaan sumber daya alam yang menempatkan Indonesia sebagai 'center of gravity' komunitas global. Hal ini menjadikan bangsa Indonesia rapuh terhadap pengaruh dan infiltrasi asing. Jika kita lalai dan abai, bukan tidak mungkin kita akan menjadi sebuah bangsa paradoks yang hidup miskin di tengah kekayaan sumberdaya yang dimilikinya. Karenanya, penghormatan terhadap nilai kebhinekaan dalam bingkai NKRI menjadi syarat mutlak untuk menjaga kedaulatan kita sebagai sebuah bangsa," pungkas Bamsoet.
R.S/M.L